Resensi buku Kamulah, Wanita Tangguh Itu!
v Identitas
buku
Judul buku: Kamulah, wanita tangguh itu!
Penulis: Aruma faizah, dkk
Penerbit: Quanta Books—PT.Elex Media
Komputindo
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 219 + v
ISBN: 978-602-04-8997-1
EISBN: 978-602-04-8998-8
Harga: Rp.64.800 (harga P. jawa)
ISI DAN YANG MENARIK:
Wanita lemah juga dikatakan kuat. Wanita
rempong pun serba bisa. Identik dengan larangan jua pujian. Selalu dan akan
seterusnya punya komplikasi dalam berbagai hal. Begitulah subjektivitas dunia
terhadap wanita. Lalu hal-hal positif dan negatif pada kehidupan wanita
muslimah tersebut, dapat kita temukan dalam berbagai bentuk pada buku “kamulah,
wanita tangguh itu!”.
Buku ini ditulis oleh sepuluh
penulis muslimah dan terdiri dari sepuluh topik permasalahan muslimah juga.
Pada bab satu buku ini dibahas probematika wanita dalam karier. Tentang
bagaimana ‘wanita karier’ lekat dengan citra pintar, tangguh, dan modern.
Bermakna positif juga negatif tergantung bagaimana dia membawa diri secara
agama dan sosial. Maka pada bagian ini disinggung perihal wanita yang ingin
atau sudah berkarier. Kebiasaan wanita karier hingga pandangan masyarakat. Baik
dan buruknya. Sampai para muslimah yang bahkan telah dijanjikan surga oleh
Allah SWT. Mereka tetap berkarier dan terjun dalam mencari surga-Nya.
Kemudian bab dua membahas seputar
bagaimana kita sering kali menyalahkan Allah swt. Baik secara sadar ataupun
tidak dalam berbagai senti kehidupan. Misalnya pada karier yang jatuh, padahal
usaha kita sudah maksimal. Pada jodoh yang belum datang, sementara usia telah
sangat matang. Terhadap pertanyaan sambil lalu,”kenapa aku harus sakit?” yang
diiringi keluhan lainnya. Termasuk kepada orang yang seringkali mengurusi hidup
kita. Alhasil kita sering menyalahkan dan mengeluh kepada Allah. Maka pada
bagian ini menjelaskan alasan kita melakukannya, kritik saat kita melakukannya,
solusi untuk tidak melaukannya lagi, disertai landasan Al-Qur’an dan hadits.
Pada bab tiga, penulis memilih topik
serangan feminisme. Di mana hal tersebut masih diperdebatkan dan penulis berani
menangkatnya kepermukaan. Isi bab ini bahkan menjelaskan asal-mula feminisme
tercipta. Namun, penulis menekankan betapa Islam sangat menjunjung tinggi
kebebasan tetapi tetap menjaga kehormatan wanita. Kembali ke fitrah, lillah
walau lelah, dan hal lainnya yang menyangkut pandangan wanita masa kini.
Bab empat memaparkan tentang ‘The
power of Al-Qur’an’. Di mana Al-Qur’an adalah petunjuk bagi setiap umat Islam
dan muslimah harus berlandaskan atasnya untuk setiap hal dalam kehidupan.
Menjadi baik bersama Al-Qur’an. Bagaimana kita memperbaiki diri sebelum meminta
pada Allah swt. Perihal dunia yang terjadi dan tidak sesuai harapan, padahal
rencana Allah lebih baik dan pandangan-Nya lebih utama. Maka inti dari bagian
ini adalah muslimah dengan segala kekusutan duniawi harus kembali kepada
Al-Qur’an.
Bagian lima mengangkat topik dosa
yang sering dilalaikan. Mulai dari hijab yang tak sesuai syariat Islam.
Terutama karena dunia sekarang ini sangat bergantung pada tren. Sementara
muslimah di haruskan menjadi sesuai apa yang dikatakan Al-Qur’an. Maka
pengabaiaan pun menjadi kelalaian. Menuntut takdir atau mengabaikan yang telah
digariskan. Begitulah bagian ini menyentil hati nurani kita.
Selanjutnya bab enam tentang
fenomena baper. Fenomena yang sangat booming sejak beberapa tahun
terakhir yang kadang menjurus pada kebaikan, tetapi lebih sering bermakna
buruk. Untuk itulah bagian ini membahas beberapa contoh bagaimana kata ‘baper’
digunakan, serta bagaimana sebaiknya ‘baper’ itu menjadi hal yang bermanfaat
dan mengarah pada kebaikan. Tidak hanya baper dari sisi romantis atau
kesedihan, tetapi juga baper dari sisi sinisme. Bagian ini penulis juga
menampilkan pengalaman nyatanya dalam ber-baper-baper ria.
Ketika mulai ditanya kapan menikah?
Di sinilah bab tujuh mengungkapkan betapa pernikahan adalah hal sensitif bagi
wanita muslimah. Sensitif karena itu hal baik, tetapi seringkali menyakiti hati.
Memaparkan mengenai perasaan muslimah sebelum dan sesudah menikah serta solusi
permasalahan yang mengikutinya. Namun, pada bagian ini juga mengarah pada
bagaimana sebaiknya laki-laki menyikapi wanita apabila menginginkan pernikahan.
Kurang-lebih membingungkan pembaca untuk menyikapinya. Terlepas dari itu
tips-tips yang di kemukakan sangat menarik. Contohnya, halalkan atau
tinggalkan. Lebih lanjut baca di buku ini.
Bab delapan lagi-lagi mengangkat
topik ‘The power of baper syar’I’. jika sebelumnya bahasan mengenai ‘baper’
menyangkut segala perasaan baik dan buruk dalam berbagai hal. Bagian ini fokus
pada sisi perasaan romantis. Menguak lebih dalam tentang dilema muslimah dan
memberikan masukan untuk menanganinya. Mendukung wanita untuk lebih maju dan
menginspirasi.
Bab sembilan berjudul instingnya
luar biasa. Membahas perkara kualitas muslimah, prestasi, berkarya, dan
ketaatan. Buku ini sekali lagi menjelaskan betapa ketaatan kepada Allah tetap
tidak menghalangi kita berkarya dan berprestasi. Malahan dengan taat, kualitas
diri kita menjadi lebih maju dari yang lainnya. Walau kadang kala pendapat
orang malah lebih menutut kita lepas pada ketaatan dan menganggap terlalu
religius menghalangi kita menjadi hebat.
Bab terakhir dibuka dengan judul
‘mengapa aku tidak cantik!’. Di mulai dengan contoh kasus tentang standar
kecantikan tersebut. Putih, hidung mancung, dan rambut panjang. Betapa
pandangan manusia salah besar apabila hanya melihat dari bentuk rupa. Di sini
dijelaskan pula standarisasi itu mengungkuung wanita. Di sajikan pula tip
kecantikan ala muslimah. Seperti berwudhu, menajaga pola makan, dan lebih
lanjut dapat di baca di buku ini.
YANG AKU SUKA:
Dari sepuluh bagian tersebut di
atas, pembahasan mengenai serangan feminisme sangat mengena bagi pembaca. Sebab
disertai landasan ayat dan hadits. Argumen yang kuat dan padat bahwa Islam
tidak mempersalahkan feminisme, tetapi wanita harus kembali lagi pada
fitrahnya. Di sisi lain ada banyak pembahasan yang terasa di ulang. Misalnya
tentang topik baper. Mungkin saja karena narasinya seperti bercerita di depan
umum, sehingga membacanya terasa bertele-tele. Membuat kesulitan
mempoin-poinkan inti pembahasannya.
Kemudian untuk pemilihan font-nya.
Tidak memberatkan mata. Page layout-nya rapi dan beragam. Menarik dengan
sisipan desain grafik di setiap pembukaan bab. Sedangkan untuk sampul, terlihat
sangat to the point dan sederhana. Blurb-nya sendiri terkesan
padat, tetapi efisien untuk menggambarkan isi buku. Demikian buku ini sangat
cocok bagi wanita muslimah untuk memperdalam keyakinan sebagai wanita yang
setara dengan laki-laki dan cocok menjadi temannya. Namun, tetap pada fitrah
masing-masing dan menjadi sebaik-baiknya manusia.
Komentar
Posting Komentar