Review Buku: Pengarung Gurun Pasir

Ulasan Novel: PENGARUNG GURUN PASIR

”Obsesi dan cinta di kota Madinah”

By: Spireads a.k.a Vhiipi_

πŸ“™ PENGARUNG GURUN PASIR (2019)

πŸ‘©πŸ’»  Fuad Abdurrahman

🏒 Republika Penerbit

πŸ“–  376 Halaman

 

Pengarung Gurun Pasir ini adalah buku selanjutnya setelah Pelukis Gurun pasir. Kisah Prasetyo selanjutnya yang kini menceritakan pengalaman dan pekerjaannya menjadi kaligrafer di kota Nabi SAW, Madinah, setelah sebelumnya di Kulfi. Alasan membaca buku ini, tentu saja karena buku pertamanya sangat menyentuh, menusuk dan membangunkan diri ini. Maka, buku ini pun lebih jauh lagi menelisik hati Nurani dan keimanan kita. Di kota Madinah Pras mulai bekerja di tempat majikannya yang bernama Abdullah Ar-Rumi. Orang baik yang terbuka dengan berbagai macam ide dan kreatifitas Prass.

Pada Blurb di atas dijelaskan, bahwa kisah Pras kali ini akan mencakup bagaimana situasi Madinah saat ini. Termasuk bagaimana TKI diperlakukan dan kisah hidup Prass dan kawan-kawannya. Nah, di bab-bab awal prasetyo menceritakan perjalanannya menuju kota Madinah dan bertemu dengan Kang Didin, TKI yang suda sangat lama berada di Saudi. Tak lupa pula tujuan pertamanya adalah mengunjungi makam Rasulullah SAW. Pras juga menceritakan kepada Roni (Juga TKI) yang menjadi sopir mereka bahwa makam Rasulullah SAW seringkali digali atau dicuri jasadnya. Ia menceritakan salah satu kisah penggalian makam Rasulullah yang gagal pada masa kekuasaan sultan yang adil bernama Nuruddin al-Syahid (557 hijriah). Saking cinta dan terobsesinya Prass pada Madinah dan Rasulullah SAW, ia bahkan menjelaskan kondisi dan batas-batas wilayah kota Madinah yang dikelilingi bukit dan gunung. Menceritakan banyak sejarah dan kisah lainnya tentang kota Nabi itu.

Kali ini saya tidak akan menjelaskan bagaimana diksi atau setting atau unsur-unsur dalam novel ini. Karena menurut saya, penulis sebagaimana pada novel sebelumnya, meceritakannya dengan bebas tetapi pada jalurnya. Mudah dipahami dan diimajinasikan. Pada bab-bab awal langsung pula diceritakan bagaimana Prass, Kang Didin, Imam, Harun, Roni dan Ojo adalah anggota dari dibentuknya tim advokasi untuk para TKI khususnya TKW di Arab Saudi. Mereka menyelesaikan banyak konflik yang dialami para TKI terkhusus TKW yang kabur dari majikannya. Ada yang karena dipukuli, hampir diperkosa, pemerkosaan dan fitnah. Namun, masalah paling utama dan yang sering terjadi adalah gaji yang tida dibayarkan. Seringkali pula Prass dan rekan-rekannya yang lain ditangkap oleh Polisi Arab dalam penyelesaiannya. Kendati demikian, mereka tak jera dan terus membantu semampu mereka.

Pada bab-bab pertengahan, isi dan konflik yang Prass dan kawan-kawannya alami beragam. Mulai dari mengetahui bahwa ia mengenal seorang keturunan Anshar(orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman pada masa Nabi Saw), menganal Motaz –anak majikan Prasetyo—yang cerdas, liburan backpacker di padang sahara nan luas(ide gila yang masuk bucket listku juga), sampai Kang Didin yang mulai jatuh cintah sama TKW cantik yang kabur. Itu semua dikemas dengan menarik dari sudut pandang orang pertama tunggal oleh Prasetyo.

Memasuki halaman bab-bab akhir, Prasetyo bersama kawan-kawannya mulai menikmati dan tak lupa mensyukuri kehidupan serta kebiasaan di Madinah itu. Di setiap senti, setiap pertemuan dan pengalaman, Prasetyo selalu mampu mengambil amanat dan pelajaran serta hidayah yang Allah SWT. Gariskan padanya. Dan ia selalu meyakini itu. Beberapa plot tak terduganya juga muncul menjelang akhir. Tetapi hingga bab terakhir pun Prasetyo tetap menjadikan berkunjung ke rumah Allah SWT. Adalah tujuannya.

Lastly ….

“Aku percaya, tatapan mata dari seseorang yang telah menundukkan api di dalam jiwanya akan mampu menundukkan mata lain yang masih gelisah” – halaman 251.

Banyak sekali pesan-pesan baik implisit maupun explisit yang tertuang dalam kisah Prasetyo ini. Terutama kita sebagai orang Indonesia dan orang Muslim. Prass mengajarkan bahwa niat yang tulus dan kerja keras adalah yang paling utama dalam melakukan apapun. Bahkan Rasullullah SAW pun, seorang manusia biasa tetap bekerja keras di pasar membantu sang istri Khadijah R.a berdagang. Tak lupa bersyukur, baik dalam Tindakan maupun lisan, atas setiap yang Allah SWT. Berikan kepada kehidupan kita. Ah iya, di buku ini, banyak sekali kisah zaman dahulu yang diceritakan Prasetyo dengan menarik, kisah para sahabat nabi ataupun kisah orang arab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Buku: OTW NIKAH, kisah-kisah tentang dia.

Review Buku: Pelukis Gurun pasir

Resensi buku Inilah Pilihan hidupku : Menjadi hebat dengan pilihan hebat dunia-akhirat